Gizi pada balita dipengaruhi oleh faktor sosio ekonomi dan latar belakang sosial budaya yang berhubungan dengan pola makan dan pemenuhan zat gizi. Zat gizi yang tidak adekuat dalam lima tahun pertama kehidupan berakibat pada gangguan pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, dan otak yang bersifat irreversible. Masa tumbuh kembang pada usia ini merupakan masa yang terjadi secara cepat dan tidak akan pernah terulang kembali, masa ini sering disebut masa keemasan atau golden age. Kurang asupan pada balita akan menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada seluruh organ dan sistem tubuh sehingga akan berdampak pada status gizi anak.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) di Indonesia pada tahun 2018, Prevalensi status Gizi Kurang (BB/U) pada balita (usia 0 –59 bulan) sebesar 13,8% dan prevalensi Pendek (TB/U) pada balita (usia 0 –59 bulan) sebesar 19,3%.
Kekurangan gizi dalam waktu yang lama terjadi sejak janin dalam kandungan sampai awal kehidupan anak. Penyebab dipengaruhi oleh penyebab langsung dan tidak langsung. Keluarga yang memiliki masalah gizi sebaiknya mendapatkan pendampingan dari tenaga kesehatan terdekat terkait masalah gizi yang dialami keluarga.
Keluarga Binaan merupakan salah satu rangkaian praktik kerja lapangan Manajemen Intervensi Gizi (MIG). Keluarga Binaan adalah keluarga yang terpilih yang memiliki permasalahan gizi dan kesehatan untuk dilakukan intervensi dalam beberapa pertemuan sehingga mengalami perubahan tingkah laku, pola makan, dan pengetahuan. Dalam keluarga binaan ini, kasus yang diambil adalah balita gizi kurang.