Berat Bayi Lahir adalah salah satu indikator kesehatan bayi baru lahir yang sehat pada tumbuh kembang anak-anak hingga dewasa dan gambaran status gizi dalam kandungan cukup bulan. Berat bayi lahir dipengaruhi oleh status sosial ekonomi, umur ibu, jarak kehamilan, paritas, status gizi, dan kadar hemoglobin. Kejadian berat bayi lahir rendah (BBLR) di dunia 20 juta bayi di seluruh dunia atau mewakili 15,5% dari semua kelahiran (WHO, 2014). Dampak dari kejadian BBLR dapat meningkatkan kematian neonatal, risiko stunting pada balita, dan penyakit degeneratif. Prevalensi berat bayi lahir dengan BBLR di Indonesia sebesar 6,2%, ibu hamil Anemia sebesar 48.9% dan KEK sebesar 17.3% (Riskesdas, 2018). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara asupan zat besi, kadar hemoglobin, dan lingkar lengan atas dengan berat bayi lahir. Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan desain kohort retrospektif dengan jumlah 176 ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan dan pemeriksaan di Puskesmas Wilayah Jakarta Utara Tahun 2022-2023. Analisa data menggunakan uji Chi-Square. Pemilihan sampel menggunakan metode Total sampling. Hasil penelitian menunjukan ibu hamil dengan usia berisiko sebesar 13.1%, paritas berisiko sebesar 35.8%, BBLR sebesar 17%, KEK 26.7%, asupan zat besi kurang sebesar 80.7%, Anemia 28.4%, pemberian TTD yang tidak sesuai sebesar 23.3%. Hasil uji statistik menunjukan ada hubungan yang signifikan antara berat bayi lahir dengan usia ibu (p=0.033), lingkar lengan atas (p=0.003), dan kadar hemoglobin (p=0.027), sedangkan asupan zat besi (p=0.721) menunjukan tidak ada hubungan. Ada hubungan yang signifikan antara kadar hemoglobin ibu hamil trimester III dengan pemberian tablet tambah darah (p=0.001). Puskesmas perlu mengingatkan dan ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan untuk rutin mengonsumsi tablet tambah darah dan mencatat tablet tambah darah yang dikonsumsi ibu hamil.
Kata kunci : Asupan Zat Besi, Kadar Hemoglobin, Lingkar Lengan Atas, Tablet Tambah Darah, Berat Bayi Lahir