Perkembangan ilmu dan teknologi pangan mengalami kemajuan yang pesat dewasa ini. Salah satu inovasi yang banyak diaplikasikan pada pangan olahan adalah penggunaan bahan tambahan pangan (BTP). Penggunaan BTP harus sesuai dengan peruntukannya dan memberikan fungsi tertentu bagi pangan. Sayangnya, seiring dengan perkembangan tersebut, banyak beredar pemberitaan negatif mengenai BTP. Hal ini dikarenakan masyarakat masih belum sepenuhnya dapat membedakan antara bahan kimia berbahaya yang dilarang digunakan pada pangan dengan BTP yang diizinkan untuk pangan. Tahu merupakan bahan makanan yang banyak diminati oleh masyarakat di Indonesia. Sebagai produk bahan hasil olahan kedelai, tahu memiliki sifat yang tidak lama dan mudah rusak atau basi, sehingga beberapa produsen ada yang menggunakan bahan tambahan (kimia dan alami) untuk mengawetkan atau untuk menambah daya tarik konsumen. Namun problem yang muncul kemudian banyak produsen menggunakan bahan tambahan pangan yang berbahaya seperti formalin.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keberadaan kandungan formalin pada tahu di Pasar Wilayah Kecamatan Ciledug Tangerang. Jenis penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Ruang lingkup penelitian meliputi aspek teknis (jenis-jenis dan tahu sumber tahu yang dijual pedagang), aspek sosial (pendidikan, pengetahuan, sikap dan tindakan) dan aspek administrasi (peraturan, pengawasan dan pembinaan). Populasi di Pasar Wilayah Kecamatan Ciledug Tangerang adalah 14 pedagang tahu dan 42 sampel tahu.

Hasil penelitian diperoleh dari 42 sampel tahu yang diperiksa, sebanyak 7 sampel tahu (16,7 %) positif mengandung formalin yaitu tahu putih sebanyak 6 (42,86%), dan tahu kulit sebanyak 1 (7,14 %). Jenis-jenis tahu yang dijual oleh pedagang adalah ketiga jenis tahu yaitu tahu putih dan tahu kuning, dan tahu kulit dan seluruhnya bersumber dari pabrik. Aspek sosial pedagang antara lain sebagian besar pedagang tahu berpendidikan SMP sebanyak 6 (42,86 %) orang. Tingkat pengetahuan pedagang tahu sebagian besar memiliki tingkat pengetahuan cukup sebanyak 8 (57,143%) orang. Sikap pedagang sebagian besar memiliki sikap baik sebanyak 12 (85,7%) orang. Dan tindakan pedagang tahu sebagian besar memiliki tindakan baik sebanyak 10 (71,4 %) orang. Gambaran aspek sosial pedagang terhadap kandungan formalin pada tahu terdapat pada pedagang sebagian besar dengan tingkat pendidikan SMP sebanyak 4 (57,1%) orang, memiliki pengetahuan cukup sebanyak 4 (57,1%) orang, memiliki sikap baik sebanyak 6 (85,7%) orang dan memiliki tindakan baik sebanyak 4 (57,1%) orang. Untuk aspek administrasi yaitu dari kedua pasar tidak memiliki peraturan yang menjadi pedoman tentang bahan tambahan pangan dilingkungan pasar. Kedua pasar tersebut tidak ada yang melakukan pengawasan langsung ke pedagang tetapi bekerjasama dengan Dinas Ketahanan Pangan. Dari kedua pasar hanya Pasar Barokah yang melakukan pembinaan dengan cara penyuluhan bersama dengan Dinas Ketahanan Pangan.

Kesimpulan penelitian ini yaitu terdapat kandungan formalin pada tahu yang dijual di pasar. Aspek sosial pedagang tahu sebagian besar berpendidikan SMP, berpengetahuan cukup, memiliki sikap baik dan memiliki tindakan baik namun masih terdapat kandungan formalin pada tahu yang dijual.

Saran yang dapat diberikan bagi pedagang tahu adalah agar pedagang dapat lebih selektif lagi dalam memilih produsen atau pabrik tahu sebagai sumber tahu untuk dijual dan lebih cerdas dalam mengenali ciri-ciri tahu yang mengandung formalin.


Kepustakaan : 23 (1983 – 2018)
Klasifikasi :
Bahan Tambahan Pangan : 1
Internet : 5
Skripsi / KTI : 5
Statistik : 1
Peraturan : 2
Umum : 7
Undang-Undang : 1